UJI LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA RINGAN DENGAN SKEMA TULANGAN TUNGGAL
Abstract
Abstrak
Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang menggunakan tulangan longitudinal agar dapat menahan tegangan tarik yang terjadi pada penampang beton tersebut dan tulangan longitudinal yang digunakan adalah baja tulangan (rebar reinforcement). Tegangan tarik yang dapat mencapai 420 Mpa merupakan alasan utama baja tulangan digunakan pada beton bertulang, namun, akibat perkembangan teknologi, terdapat material yang mempunyai tegangan tarik yang melebihi baja tulangan yaitu baja ringan. Baja ringan adalah baja canai dingin (light cold rolled) dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, namun memiliki tegangan tarik yang melebihi baja tulangan biasa yaitu 550 Mpa, oleh karena itu, untuk mengetahui kapasitas lentur balok beton berbaja ringan maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan baja ringan sebagai tulangan longitudinal yang selanjutnya dilakukan uji lentur sesuai SNI-4431-2011. Baja canai dingin yang digunakan adalah baja ringan tipe C (C75x0.75) dengan 3 skema benda uji. Skema pertama yaitu dengan memanfaatkan baja ringan secara utuh sedangkan skema kedua dan ketiga adalah hanya dengan memanfaatkan badan dari baja ringan tersebut sehingga masing-masing skema memiliki rasio penulangan sebesar 0.47%, 0.28%, dan 0.28%. Selain itu, beton bertulang biasa dengan rasio 0.63% turut diuji sebagai pembanding (skema 4). Hasil uji lentur menunjukkan bahwa skema 1 menunjukkan kuat lentur terbesar dari skema lainnya yaitu sebesar 7.48 Mpa. Selanjutnya, meskipun skema kedua dan ketiga memiliki rasio penulangan yang sama skema kedua memiliki kuat lentur 0.24 Mpa lebih besar dari skema ketiga yang bernilai 5.76 Mpa. Akhirnya, beton dengan tulangan biasa dengan rasio terbesar memiliki kuat lentur sebesar 5.06 Mpa.
Kata kunci: Baja Ringan, Rasio Penulangan, Tulangan Longitudinal, Uji Lentur
Abstract
In the world of construction, reinforced concrete beams generally use longitudinal reinforcement to withstand the tensile stress that occurs in the concrete section and the longitudinal reinforcement used is rebar reinforcement. The tensile stress that can reach 420 Mpa is the main reason reinforcing steel is used in reinforced concrete. However, due to technological developments, there is a material that has tensile stress that exceeds that of reinforcing steel, namely mild steel. Mild steel is light cold-rolled steel with high quality which is light and thin but has tensile stress that exceeds ordinary reinforcing steel, which is 550 Mpa. Therefore, to determine the flexural capacity of lightweight steel beams, research was carried out using mild steel as longitudinal reinforcement, which was then carried out by bending tests according to SNI-4431-2011. Cold rolled steel used is mild steel type C (C75x0.75) with 3 specimen schemes. The first scheme is to make full use of mild steel, while the second and third schemes are only to utilize the body of the mild steel so that each scheme has a reinforcement ratio of 0.47%, 0.28%, and 0.28%. Also, ordinary reinforced concrete with a ratio of 0.63% was also tested for comparison (fourth scheme). The flexural test results show that scheme 1 shows the largest flexural strength of the other schemes, namely 7.48 Mpa. Furthermore, although the second and third schemes have the same reinforcement ratio, the second scheme has a bending strength of 0.24 MPa which is greater than the third scheme which is 5.76 MPa. Finally, concrete with ordinary reinforcement with the largest ratio has a bending strength of 5.06 Mpa.
Keywords: Bending Test, longitudinal reinforcement, Mild Steel, Reinforcement Ratio
Full Text:
PDFReferences
Andrean, S., Sumajouw, M. D. J. and Windah, R. S. (2015) ‘Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Variasi Ratio Tulangan Tarik’, Jurnal Sipil Statik Maret, 3(3), pp. 175–182.
BSN 1968 (1990) ‘SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar’, Badan Standar Nasional Indonesia.
BSN 1970 (2008) ‘SNI 1970-2008 Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus’, Badan Standar Nasional Indonesia.
BSN 1971 (2011) ‘SNI 1971-2011 Cara Uji Kadar Air Total Agregat dengan Pengeringan’, Badan Standar Nasional Indonesia.
BSN 1974 (2011) ‘SNI 1974-2011 Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder’, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
BSN 2834 (2000) ‘SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal’, Badan Standar Nasional Indonesia.
BSN 2847 (2019) ‘SNI 03-2847-2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung Dan Penjelasan Sebagai Revisi Dari Standar Nasional Indonesia 2847 : 2013’, Badan Standarisasi Nasional.
BSN 4431 (2011) ‘SNI 4431-2011 Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik Pembebanan’, Badan Standar Nasional Indonesia.
BSN 4906 (2007) ‘SNI 4906-2007 Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium – seng ( Bj . LAS )’, Badan Standar Nasional Indonesia.
BSN 7971 (2013) ‘SNI 7971-2013 Struktur Baja Canai Dingin’, Badan Standar Nasional Indonesia.
Suandi, A. (2020) ‘Analisa Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Menggunakan Profil Baja Ringan Tulangan’. Universitas Muhammadiyah Metro.
W H.Mosley and J.H.Bungey (1987) Reinforced Concrete Design, Macmillan Education Ltd.
Wigroho, H. Y. et al. (2008) ‘Kuat Lentur Profil C Tunggal Dengan Perkuatan Tulangan Vertikal Dan Cor Beton Pengisi’, Jurnal Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 8(3), pp. 264–277.
Yohanes, C. I. S. (2019) ‘Analisis Perbandingan Kuat Tekan Dan Kuat Lentur Antara Kolom Beton Bertulang Besi Polos Dengan Kolom Beton Bertulang Baja Ringan Untuk Rumah Sederhana’. Universitas Widya Dharma.
DOI: http://dx.doi.org/10.29103/tj.v11i1.418
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Basyaruddin - -, Christianto Credidi Septino Khala, Muhammad Syahrizal Muslimin, Andina Prima Putri
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Creative Commons "Attribution-ShareAlike”
Attibusion Internasional (CC BY-SA 4.0)
March and September
In cooperation with Ikatan Sarjana Teknik Sipil (ISATSI NAD) Lhokseumawe